Sabtu, 10 Agustus 2019

MUTIARA KHUTBAH IDUL ADHA Ujian Tergantung Tingkat Keimanan

  • Marcomm Idrisiyyah
Pelaksanaan Shalat Iedul Adha di Masjid Al Fattah Tasikmalaya

Dalam kacamata tasawuf hewan kurban merupakan tasybih (perumpamaan) yang ditujukan kepada orang-orang yang keras hati dan tidak memfungsikan panca indera dan hatinya

Khatib: Syekh M. Fathurahman M.Ag
MUTIARA IBRIZ | Setiap umat memiliki Hari Raya masing-masing, cara dan bentuknya berbeda-beda. Hari Raya Ied merupakan hari kemenangan orang beriman.  

Ekspresi kemenangan orang beriman diwujudkan dengan takbir, tasbih, tahmid (dzikir). Ungkapan kemenangan yang semakin mengagungkan Kebesaran Allah SWT. Sebaliknya semakin membuat diri kita kerdil serta Faqir (merasa butuh) kepada Allah SWT.

Idul Adha bukan sekadar berkumpul tapi ada sejarah penting, sejarah pengorbanan kepada Allah. Hari Iedul Adha adalah memperingati kesuksesan keluarga Nabi Ibrahim as dalam menjalani perintah Allah.  Ujian seseorang tergantung dari tingkat keimanannya. Allah SWT menguji Nabi Ibrahim as dengan perintah menyembelih anak yang tak hanya dicintainya, tapi juga ditunggu-tunggu kelahirannya. 

Beliau menyampaikan perintah yang irasional dan amat berat itu dengan baik. Beliau dan keluarganya sukses menjalani ujian tersebut. Nabi Ibrahim dan keluarganya telah membuktikan bahwa mereka lebih mencintai Allah daripada yang lain selain Allah SWT.

Dalam kacamata tasawuf hewan kurban merupakan tasybih (perumpamaan) yang ditujukan kepada orang-orang yang keras hati dan tidak memfungsikan panca indera dan hatinya.  Binatang ternak yang disembelih melambangkan hewan yang tidak memiliki hati, hanya mementingkan kebutuhan jasmani.

Berkurban mengandung arti menyembelih nafsu yang cenderung kepada keinginan hewani (nafsu bahimiyyah). Betapa rendah manusia yang memiliki nafsu amarah yang cenderung kepada sifat kebinatangan tersebut. Sifat binatang ternak (bahimiyyah) melahirkan sifat materialistik, yang mengutamakan gaya hidup hedonisme. 

Sifat tersebut menyebabkan manusia tidak tunduk dan akhirnya dipermainkan oleh kesenangan-kesenangan yang instan dan menipu. Kehidupannya akan selalu diselimuti dengan ketidakadilan dan ketidakpastian. Ujung adalah penderitaan.

Secara syariat pelaksanaan qurban adalah penyembelihan hewan ternak, secara hakikat adalah penyembelihan sifat kehewanan. Musuh manusia adalah hawa nafsunya sendiri. Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah  bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Diriwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih menurut Imam Nawawi)

Berkorban Kunci Sukses
Sejarah mencatat orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsu akan celaka. Fir'aun, Abu Lahab, Qarun, dll adalah tipe-tipe orang yang mengedepankan hawa nafsu.

Di balik pelaksanaan perintah dan menjauhi larangan terdapat kebahagiaan. Selanjutnya akan muncul rasa  cinta kepada Allah. Terus semangat berkorban untuk yang dicintainya.

Momen Qurban bukan hanya di waktu Ied Adha saja, tapi di seluruh waktu. Para Sahabat ra telah membuktikan pengorbanannya berupa harta maupun diri di jalan Allah. Mereka adalah contoh pribadi-pribadi yang sukses.

Sebagai renungan, apa yang telah dikorbankan oleh diri kita selama hidup ini? Sebab pengorbanan adalah puncak pengabdian kepada Allah. Pengorbanan adalah bukti rasa cinta. Cinta kepada Allah di atas segala-galanya. Urusan agama adalah urusan yang besar. Oleh karenanya titipan Allah berupa harta, ilmu, jabatan mesti dimanfaatkan di jalan Agama.
Keluarga Nabi Ibrahim as menjadi ukuran kualitas pengorbanan bagi keluarga orang yang beriman
Medan perjuangan terbentang luas, jihad pengorbanan bukan hanya mengangkat senjata tapi perjuangan di seluruh lini kehidupan. Jihad pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Pada zaman sekarang, betapa penting meningkatkan kualitas manusia dengan pendidikan Agama, agar lahir pribadi-pribadi yang mulia dan bermartabat.

Pengorbanan bukan Penderitaan
Pengorbanan hakikatnya bukanlah penderitaan, tapi mengangkat kemuliaan manusia dari segala keterpurukan akibat selalu memperturutkan hawa nafsunya.

Idul Adha merupakan bentuk kemenangan bagi orang yang berkurban di jalan Allah. Bukan daging yang diterima Allah, tapi ketaqwaannya. Jangan sia-siakan waktu untuk berkorban di jalan Allah karena kesempatan semakin berkurang. Hal itulah yang menentukan kehidupan yang abadi.

Mari kita sembelih sifat binatang ternak dalam diri kita agar jiwa ini senantiasa menghadap kepada-Nya dan rela berjuang di jalan Agama Allah.






Andre Daeng | Tasikmalaya KotaWali 
10 Zulhijjah 1440 H/2019
Silakan Klik 
LengkapiKebutuhanAnda



Tidak ada komentar:

Posting Komentar