USHUL TASAWUF Kajian Arbain Tarekat Idrisiyyah Tasikmalaya Juli 2019
|
Ushul adalah Fondasi yang menopang tiang dan asesoris sebuah bangunan
Qalbun salim, yaitu kalbu yang selamat atau bersih. Kalbu ini disebutkan dalam firman Allah ‘azza wa jalla,
يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩
“Pada hari yang harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan kalbu yang bersih.” (asy-Syu’ara [26] : 88—89)
Memuji dan bersyukur kepada Allah rabbul izzati. Memuji dan bersyukur dari hati yang paling dalam. Karena hati kita mecicipi (zauqon), merasakan hingga musyahadah (menyaksikan) atas nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan kepaada kita sekalian, nikmat yang sempurna dan abadi sampai di surganya Allah, yaitu nikmat petunjuk, Hidayah yang berbuah Iman, Islam dan Ihsan.
Mudan-mudahan atas nikmat yang Allah SWT berikan ini, kita mampu untuk mensyukurinya.
Jadikan rahmat Allah di dunia ini sebagai lompatan untuk mendapat rahmat Allah yang sempurna, Surga yang penuh keridhoan-Nya.
Kajian Arbain kali ini kita akan membahas Ushul Tashawuf. Secara bahasa Ushul, dari Ashlun (Arab) jamak-nya ushul, artinya Ashal, yang artinya: Sumber atau Fondasi. Ushul Tashawuf artinya Fondasi Ilmu Tashawuf.
Kalau kita gali ilmu tasawuf, maka tidak akan ada habisnya. Ini karena saking dalamnya Ilmu Tasawuf itu, untuk memudahkan dibuatlah konsep. Ulama menyusun suatu bab pembahasan yang dikenal dengan Ushul Tashawuf.
Kalau dianalogikan dengan konstruksi sebuah bangunan, Ushul adalah bagian fondasi. Adapun ruang rangka di atasnya adalah furu atau cabang. Disebut cabang karena keberadaannya sangat bergantung pada yang di bawahnya.
Syekh M Amin Al Kurdi as Syafii dalam kitabnya Tanwirul Qulub, halaman 409, menyampaikan,
Fondasi Ilmu Tasawuf itu ada 5:
1. Taqwa kepada Allah Ta’ala di dalam kesendirian maupun keramaian. Ajaran yang pertama ini bisa terealisasi dengan cara menjauhkan diri dari dosa dan istiqomah.
2. Mengikuti sunnah baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan.
3. Berpaling dari makhluk; tidak peduli dengan penyambutan dan penolakan manusia. Bagi seorang pengawal Tasawuf pujian dan hinaan orang lain tidak memberi bekas didalam hatinya karena makhluk tidak akan memberi mudharat dan manfaat kecuali kehendak Allah Ta’ala. Hal ini bisa diwujudkan dengan membiasakan sifat sabar dan tawakal.
4. Ridho kepada Allah Ta’ala saat kekurangan maupun saat berlimpahan. Hal ini bisa diwujudkan dengan membiasakan sifat qana’ah dan pasrah kepada Allah ta’ala. Qanaah bukanlah sifat pasif seseorang dalam menjalani kehidupan, namun sebaliknya seorang pengamat tasawuf yang qanaah adalah orang yang mampu ‘menggenggam dunia’ dan tidak meletakkannya di dalam hatinya.
5. Kembali kepada Allah Ta’ala dalam suka maupun duka saat susah maupun senang. Hal ini bisa diwujudkan dengan cara bersyukur kepada Allah ta’ala saat senang dan berlindung kepada Allah ta’ala saat kesusahan datang.
Inilah Uraian Lima Fondasi Tasawuf oleh Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag:
Silakan Klik
LengkapiKebutuhanAnda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar