UMAT RABBANI Umat yang ditolong Allah |
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَيُّ جُلَسَائِنَا خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ ذَكَّرَكُمُ اللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ, وَذَكَّرَكُمْ بِالْآخِرَةِ عَمَلُهُ. (رواه أبو يعلى)
Rasulullah ﷺ pernah ditanya, 'Ya Rasulullah, siapakah teman duduk yang paling baik? Beliau menjawab: "Orang yang mengingatkan kalian kepada Allah saat melihatnya, ucapannya menambah ilmu pada kalian dan amalannya mengingatkan kalian akan negeri akhirat". (HR Abu Ya'la).
Mutiara Ibriz | HIKMAH DZIKRUL MAKHSUS - Umat Rabbani adalah umat yang terbimbing oleh Ulama Rabbani atau Mursyid Hakiki. Jika kaum muslimin di mana pun berada menjadi umat Rabbani maka akan ditolong oleh Allah SWT.
Setiap zaman ada Ulama Rabbani atau Mursyid yang hakiki. Ulama menjadi penerus kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ.
Sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ awalnya hanya orang biasa-biasa saja, bukan siapa-siapa. Namun, begitu mendapat bimbingan rabbaniyyah oleh Rasulullah ﷺ berubah menjadi umat terbaik.
Dengan Rasulullah ﷺ sebagai pemimpin, mereka dapat menjadi umat teladan yang mengubah kondisi diri dan keluarga. Selanjutnya masyarakat dari kegelapan menuju cahaya Allah SWT yang terang benderang. Hingga akhirnya menciptakan peradaban Islam yang gemilang.
Ulama Rabbani membimbing umat dalam segala aspek. Bimbingan itu termasuk memaknai dan mengelola potensi rezeki. Jadi, rezeki itu bukan untuk dicintai, tapi disyukuri. Jika dicintai berarti disimpan di dalam hati, pengaruhnya bisa mengganggu ibadah.
Bersyukur itu berterima-kasih kepada yang memberi. Orang yang bersyukur memandang rezeki itu hanya titipan yang akan diambil oleh pemilik sesungguhnya.
Perumpamaannya seperti tukang parkir; ketika diambil semua mobil yang dijaganya ia tidak marah maupun kesal. Karena semua itu bukan miliknya.
Ulama Rabbani bukan hanya mengajarkan zikir atau ibadah di masjid saja, tapi menggerakkan semua aspek kehidupan sebagaimana teladan Rasulullah ﷺ, yang menggerakkan para Sahabatnya Ra.
Dalam sejarah kepemimpinan Rabbani tidak lepas dari perilaku kezaliman musuh-musuh di masanya. Nabi Muhammad ﷺ pernah mengalami kezaliman/dicurangi/dikhianati oleh kabilah-kabilah atau personal kafirin musyrikin.
Sehingga pernah Beliau ﷺ mengeluarkan doa qunut nazilah, untuk melaknat orang-orang yang berperilaku biadab terhadap agama Allah. Hal itu menandakan beratnya tugas seorang Ulama Rabbani.
Ciri-ciri Ulama Rabbani adalah dapat menggerakkan umatnya ingat kepada Allah, membuka wawasan (menambah ilmu) dan meningkat amal ibadahnya.
Dasarnya adalah hadis berikut:
قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَيُّ جُلَسَائِنَا خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ ذَكَّرَكُمُ اللهِ رُؤْيَتُهُ, وَزَادَ فِيْ عِلْمِكُمْ مَنْطِقُهُ, وَذَكَّرَكُمْ بِالْآخِرَةِ عَمَلُهُ. (رواه أبو يعلى)
Rasulullah ﷺ pernah ditanya, 'Ya Rasulullah, siapakah teman duduk yang paling baik? Beliau menjawab: "Orang yang mengingatkan kalian kepada Allah saat melihatnya, ucapannya menambah ilmu pada kalian dan amalannya mengingatkan kalian akan negeri akhirat". (HR Abu Ya'la).
Keterangan tersebut juga mendasari konsep rabithah (membayangkan wajah Mursyid hakiki) untuk menyebabkan khusyu' dan ingat kepada Allah SWT. Menurut Syekh Abdul Aziz ad Dabbagh dalam kitab Al Ibriz, membayangkan wajah seorang Mursyid hakiki itu sulit kalau hatinya masih dipenuhi oleh gambaran dunia.
Ulama dan Umat Rabbani itu merasa butuh kepada Allah SWT di setiap tarikan nafasnya. Hal ini menunjukkan kedekatan dengan Allah SWT. Ulama Rabbani membimbing bukan dengan mengandalkan cara berfikir (thariqah al fikr) saja, tapi disempurnakan dengan jalan petunjuk ilham (thariqah ilham) dari Rasulullah ﷺ.
Islam hakiki (yang dibimbing Ulama Rabbani) itu memiliki kriteria:
Pertama, Tidak ada penambahan, seperti: konsep Ketuhanan Nasrani yang menyebutkan Tuhan itu ada Tiga.
Kedua, Tidak ada pengurangan, seperti: berpandangan Islam tidak mengatur urusan politik, ekonomi, dll.
Ketiga, Tidak ada distorsi (pengurangan/penyimpangan) pemahaman, seperti: bertawakkal tanpa ada usaha, zuhud dengan meninggalkan dunia, dll.
Semoga umat Islam di berbagai belahan dunia (Palestina, Philipina, Myanmar, dll) mendapatkan cahaya Ulama Rabbani. Dengan mengikuti bimbingannya, mengasah potensi (ilmu, ekonomi, dll), didukung dengan persaudaraan yang kuat, maka akan datang pertolongan Allah SWT. Aamiiin yaa rabbal alamiiin
Majelis Ketarekatan Idrisiyyah | Kampoeng Futuh | 23 Muharam 1442 H/10 September 2020
Silakan Klik:
Khazanah
Islami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar