Syaikh M Fathurahman diiringi H Wahyu memasuki Masjid Besar As Salam, Sodong untuk Shalat Asar | Foto: Salman AlFarizi |
Mutiara Ibriz | Selesai mengontrol benih udang di Lahan Tambak Qini Vaname, Cipatujah, Senin (27/07) Syaikh Muhammad Fathurahman memilih lewat jalur baru untuk pulangnya.
Pak Haji Wahyu yang menjadi petunjuk jalan memilih jalur Sodong. Sebagai putra kelahiran Sodong, tentu dia mengenal daerah ini dengan baik.
"Semoga ada barokahnya, dengan kedatangan Syekh Akbar saya ingin masyarakat berubah," harapnya serius.
Sepertinya saya baru melihat mimik Haji Wahyu seserius ini.
Wow ternyata, jalan baru yang ditempuh, lebih sempit, menanjak, sebagian malah rusak berbatu menonjol. Di beberapa tempat ada bekas longsor yang masih ditandai police line.
Perut yang baru diisi ikan bakar nila dan kakap, serasa ikannya yang sudah di dalam perut jadi berontak atau malah berantem. Apalagi mata harus menatap huruf-huruf kecil di hape, untuk menulis laporan. Mual.
Kami shalat Asar di Masjid besar samping terminal Sodong. Dengan sigap Pak Haji Wahyu, memohon maaf pada Syaikh Akbar, karena medan berat yang ditempuh kali ini. Syaikh Akbar membalas dengan senyum. "Offroad Syaikh!" celetuk saya. Tawa kami pun lepas bersamaan.
Sungguh di luar dugaan, saya menilai dari gesturenya, justru Syaikh tampak menikmati perjalanan ini.
Silakan Klik:
Bada Shalat Asar, Syaikh menyampaikan Mutiara Hikmahnya:
Syaikh Akbar melihat kehidupan masyarakat sekitar jalan yang dilalui hidup seperti anak yatim. Kehilangan kasih sayang seorang Ayah. Ibu pun tak punya, tidak ada yang membimbing.
Sungguh kasihan.
"Dengan Pemilihan Bupati ini Bapak berharap, kemenangan bisa diraih. Sehingga nantinya, Bapak bisa keliling Tasikmalaya untuk menyampaikan dakwah. Tidak usah dibayar," ujar Syekh Akbar.
Lewat jalur Politik, kewajiban menyampaikan agama jadi lebih efektif. Bisa dirasakan, tidak ada ulama rabbani yang membimbing hidup jadi poek (gelap-Sunda).
"Seperti anak ayam mati di lumbung ya!" benar sekali pepatah itu. Subur makmur tapi rakyatnya miskin lahir batin. Orang-orang ini sepertinya siklus hidupnya sederhana: lahir, sekolah sebentar, cari nafkah, menikah, selesai.
Sebagai seorang yang tersentuh dengan agama Haji Wahyu tentu saja merasa terpanggil.
"Seumur hidup jadi orang Tasik, Bapak baru lewat jalur ini!" kata Syekh Akbar sambil tersenyum heran.
Ada senyum di bibir Pak Haji Wahyu, dia senang karena ternyata kegelisahan hatinya dengan kehidupan masyarakat yang jauh dari sentuhan agama terbaca oleh batin Syaikh Akbar.
Alhamdulillah ini awal yang baik untuk menghidupkan hati masyarakat setempat. Aamiiin
Silakan Klik:
💥💖💢Mutiara-Store💖💥
Lengkapi Kebutuhan Anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar