Kamis, 04 Juli 2019

Waktu akan Menyembuhkan Luka Batin


Kata "Harus" itulah yang menyiksa kita. Harus itulah yang membakar kita. Membuat hati tercabik cabik dan diremas - remas, saat keinginan tidak sesuai kenyataan


Mutiara Ibriz | Sebelumnya kita akan mulai dengan definisi dan penyebabnya.

Dalam menjalani hidup ini kita akan melihat banyak hal. Dari dari yang terlihat itu kita menjadi menginginkan. Jika keinginan itu sangat besar maka hal tersebut menjadi obsesi.

Di dalam Obsesi (ambisi) ada cinta.

Dan Untuk mendapat cinta murni (ikhlas) maka obsesi harus dibersihkan.

Saya jabarkan lebih jauh lagi.

Saya menginginkan untuk sukses dalam ujian penerimaan masuk sekolah/kuliah tertentu. Menginginkan tersebut adalah boleh NAMUN jika menginginkan di iringi dengan "HARUS" mendapat saat ini juga maka itu adalah obsesi.

Atau saya mencintai seseorang dan HARUS memilikinya, HARUS dicintai kembali.
Maka semua "HARUS" itulah yang hawa nafsu. Yaitu Memaksa, keinginan untuk mengatur seperti Allah.

Kata "Harus" itulah yang menyiksa kita. Harus itulah yang membakar kita. Membuat hati tercabik cabik dan diremas - remas, saat keinginan tidak sesuai kenyataan.

Jika "HARUS" dihilangkan maka yang tersisa, saya mencintai walau tidak memiliki, walau tidak dibalas dicintai.. yang tersisa adalah cinta ikhlas.

Luka batin biasanya terjadi saat kita mulai melihat kebenaran berupa kelemahan diri, kemakhlukan diri kita, ketidak mampuan kita mengendalikan saat ambisi dipatahkan oleh kenyataan.

Lalu bagaimana waktu bisa menyembuhkan luka batin?

Saat kita mau bergerak maju menjalani hidup saat ini, FOKUS menjalani saat ini. Maka kita akan menemukan di saat ini kita memiliki hal hal yang bisa kita syukuri, nikmati. Semakin hadir kita di saat ini (hadir menjalani hidup lahir dan batin) MAKA semakin kita menjauh dari "HARUS" yang menyiksa.

Contohnya, jika kita gagal masuk sekolah / universitas yang kita ambisikan. Hati kita hancur karenanya, kemudian kita memutuskan untuk maju melanjutkan hidup (tidak depresi di kamar merenungi "harus" yg terhalang). Kita mendaftarkan ke sekolah / universitas lain. Kemudian kita berkomitmen menjalani "saat ini". Hadir disemua kegiatan dan bersama dengan sesama mahasiswa baru lainnya. Maka cepat atau lambat kita akan mensyukuri apa yang sedang kita jalani. Dan bahkan bisa jadi nanti kita bertemu dengan jodoh kita di sekolah baru atau pemberian lainnya.

Maka dengan sendirinya luka batin karena telah gagal masuk sekolah / universitas dulu yg meremukkan hati akan sembuh dengan sendirinya. BAHKAN kita bisa jadi bersyukur karena dulu tidak lulus.

Atau Bisa jadi keinginan kita belum hilang untuk masuk perguruan tinggi idaman kita. Maka kita mengulangi lagi di tahun berikutnya untuk mendaftar. Namun dengan keadaan hati yang telah berkurang ambisinya. Dan akhirnya pada kesempatan terakhir (misalnya tahun ke 3 bisa ikut UMPTN) kita menjalani usaha mendaftar dan ikut ujian masuk dengan hati yang bersih sama sekali dari ambisi. Kita sudah bisa melihat, saya menginginkan sekali untuk masuk PTN ini tapi saya bisa melihat dan menerima jika dikesempatan terakhir ini saya tidak akan mendapatkan keinginan saya. Dan saya akan mulai mencari jalan lain untuk menjalani hidup kedepan.

Nah bila sudah sampai ke tahap bersih dari ambisi / hawa nafsu seperti ini biasanya itulah saatnya Allah berikan keinginan kita. Disaat kita tidak lagi membawa beban"harus" maka Allah berikan yg kita mau.

Jadi ada Dua hal:

1.Keinginan / kecintaan ikhlas bercampur dengan
2.Ambisi (Memaksa) Harus, hawa nafsu.

Maka untuk mendapatkan hati yg hanya di isi oleh cinta / keinginan ikhlas, Maka bagian hawa nafsu yang memaksa harus lebih dahulu dibakar / dibersihkan.

Maka tekanan batin yg membebani kita aslinya adalah dari hawa nafsu. Dari diri yang melawan dan tidak bisa menerima saat "Harus" bertemu dengan kekuatan / ketetapan Allah.

Ibaratnya "memaksa" kita bertemu dengan kemampuan memaksa Allah. dan yang sesungguhnya memiliki kemampuan adalah Allah.. Jika kita tidak mau tunduk pada sikap PEMAKSA ALLAH.. maka kita akan tumbang binasa, hancur dalam depresi karenanya.

Jadi jika merasa sakit di dada karena patah hati (tekanan batin) maka sadarilah kita telah menginginkan menjadi Allah... semua keinginan akan Allah berikan, kecuali keinginan menjadi Allah.. Alasannya sederhana saja, karena kita bukan Allah. Dan Allah baru bsia memberikan JIKA kita memang meminta sebagai hamba yg miskin pada Pemilik yang Maha kaya.

Jika hati kita dipenuhi hawa nafsu (penuh harus) Maka Allah akan serahkan kita dengan diri kita dan dunia untuk mendapat keinginan kita.

Namun jika hati kita yg tersisa keinginan tanpa ambisi dan mendatangi Allah untuk diberi, MAKA insyaAllah , Allah akan berikan yang kita minta. KARENA ALLAH ngga pelit dan kaya raya. Allah memang menginginkan kita mendapat semua keinginan kita makanya Allah bikin surga.
dan tidak akan masuk surga orang yang masih ada ujub walau sebiji zarah dalam hatinya. 

Ujub adalah keinginan menjadi Allah, keinginan menolak kebenaran bahwa dirinya hamba, keinginan mengatur kehidupan diri dan orang lain.. "HARUS" bagian dari ujub.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi  bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْر

“Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat zarrah dalam hatinya.”

astaghfirullah
wallahualam
Allahuma sholi 'ala sayyidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim


Diah Listyani


Tidak ada komentar:

Posting Komentar